Kegiatan Outing Class Sosiologi Agama di Desa Balun: Belajar Toleransi dalam Keberagaman

Sabtu, 14 Desember 2024, mahasiswa mata kuliah Sosiologi Agama STIT Maskumambang Gresik, mengadakan kegiatan outing class ke Desa Balun, Kab. Lamongan. Desa ini dikenal sebagai simbol harmoni antar umat beragama, sering disebut sebagai “Desa Pancasila”. Dalam kunjungan ini, mahasiswa berkesempatan berdialog langsung dengan tiga pemuka agama setempat, yakni Bapak Titis Suparno (Islam), Bapak Sutrisno (Kristen), dan Bapak Mangkutadi (Hindu). Ketiganya tidak hanya menjadi pemimpin spiritual di komunitas masing-masing, tetapi juga berperan sebagai mudin, yang mengurusi keperluan keagamaan umat mereka.

Kegiatan ini diisi dengan diskusi mendalam mengenai dinamika keberagaman di Desa Balun. Para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi, aktif bertanya, dan mendengarkan dengan saksama penjelasan serta cerita yang dibagikan oleh para tokoh agama. Mereka merasa kagum dengan bagaimana pemuka agama di desa tersebut mempraktikkan kerukunan dan saling menghormati dalam kehidupan sehari-hari. Dialog ini menjadi momen reflektif, memperkuat pemahaman mahasiswa tentang pentingnya sikap inklusif dan toleransi dalam konteks masyarakat majemuk.

Salah satu pembelajaran berharga dari kunjungan ini adalah bagaimana warga Desa Balun secara kolektif menjaga keharmonisan antarumat beragama. Meski memiliki keyakinan yang berbeda, mereka secara sukarela terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan, khususnya dalam pengamanan acara keagamaan. Uniknya, partisipasi ini dilakukan tanpa perlu undangan formal. Sikap gotong royong ini menjadi bukti nyata bahwa perbedaan agama tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan mendukung.

Namun, keterlibatan mereka tetap memperhatikan batasan-batasan agama masing-masing. Warga Desa Balun, misalnya, hanya berkontribusi pada aspek pengamanan tanpa mencampuri ibadah agama lain. Hal ini mencerminkan tingkat penghormatan yang tinggi terhadap keyakinan masing-masing, sekaligus memperlihatkan bahwa toleransi tidak berarti menghilangkan identitas, tetapi menghargai keberagaman yang ada.

Melalui kegiatan ini, menurut Dosen Pengampu, Ibu Septia Mardiana, M.Pd.I,  mahasiswa mendapatkan wawasan langsung tentang praktik toleransi dalam kehidupan nyata. Desa Balun menjadi laboratorium sosial yang membuktikan bahwa harmoni antarumat beragama dapat tercapai melalui dialog, saling menghormati, dan kerja sama. Kegiatan outing class ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi mahasiswa untuk menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan mereka dan menjadi agen perubahan di masyarakat.

Sebagai penutup, kegiatan outing class ini memberikan pengalaman langsung yang sangat berharga bagi para mahasiswa. Selain belajar dari para pemuka agama, mereka juga menyaksikan bagaimana praktik toleransi dapat diterapkan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Desa Balun telah menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang dapat mendukung keharmonisan bersama.

HUMAS STITMAS

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

X